Sayembara Catatan Perempuan – Konferensi Ibu Pembaharu 2021

Perempuan memiliki banyak peran. Apalagi ketika sudah memasuki gerbang pernikahan. Menjadi individu, istri dan Ibu. Belum lagi peran diluar rumah. Nah menariknya kondisi peran-peran tersebut tidak semua hal sudah dipelajari dan dipersiapkan. Selalu ada tantangan di fase fase kehidupan di peran tersebut.

Di catatan kali ini, saya akan bercerita bagaimana kisah perjalanan tahun demi tahun menapaki peran peran tersebut sekaligus jatuh bangun jibaku menghadapi tantangan tersebut. Yang senyatanya katanya jadi Ibu Rumah Tangga itu dianggap sebelah mata, dan bukan impian. Nah, justru kisah saya adalah bentuk antitesa nya. Tapi rupanya tetap saja tidak berjalan mulus apa adanya. Semoga ada ibrah yang bisa diambil yah 🙂

Apa mimpi dan cita-cita mu sebagai perempuan?

Jika nanti tiba waktunya, cita cita saya sungguh sangat sederhana yaitu “menikah dengan mengurus anak dan rumah tangga, dan menghasilkan banyak hal manfaat dari dalam rumah”. Sudah cita cita dari awal bahkan membayangkan nikmatnya menyirami taman tumbuhan disore hari sambil menanti suami datang, itu adalah gambaran impian ketika sudah menikah. Alhamdulillah, Allah mengijabahi.

Saya menyadari beberapa hal bahwa saya ini suka betah banget didalam rumah, lebih senang kerja sendiri dengan tenang dan lebih fleksibel tidak terikat waktu dan sistem rigid jika harus bekerja disebuah institusi perusahaan yang harus 8 jam sehari 6 hari sepekan, juga termasuk tim Mager rebahan kayaknya hahaha, dan  memang jauh-jauh banget life mapping saya benar-benar membawa persiapan banyak hal untuk belajar menjadi seorang ibu dan istri yang baik dirumah.

Namun, apakah dengan baiknya persiapan tersebut membuat tantangan setelah menjadi ibu dan istri terasa mudah?

Disinilah perjalanan dimulai.
Seolah saya menjawab sederetan pertanyaan kehidupan yang sudah saya kantongi sepanjang hidup dengan tema besar yang memiliki benang merah yang sama: “Peran Perempuan dan seluk beluk kesehatan mentalnya.”

Ada beberapa fase yang saya hadapi…

Tahun 2013-2014:
Jibaku Post Power Syndrome Full Time Mom

Di fase ini saya dihadapkan pada situasi adaptasi awal kehidupan menikah dengan pasangan, dengan lingkungan, keluarga besar dan tentu status saya juga yang berubah menjadi ibu rumah tangga, setelah resign dari kantor yang memang menjadi syarat karena saya menikah dengan teman kantor dan kebetulan saya bagian HRD yang memang peraturan perusahaan tidak memperbolehkan menikah dengan sesama karyawan jika salah satunya tim HRD.

Tantangan:
Menjalani masa adaptasi status peran baru dari perempuan bekerja kantor menjadi ibu rumah tangga.

Aksi:
Di fase ini saya merasakan bagaimana tidak nyamannya perubahan dan adaptasi pandangan sosial, adaptasi keseharian, adaptasi lingkungan, adaptasi krisis kepercayaan diri sampai adaptasi memburuknya kesehatan mental (Depresi) karena terkungkung nya menjadi ibu rumah tangga yang terkesan “useless” atau “tidak bekerja dirumah saja”

Belajar dari banyak sosok, menggali kesamaan pola proses keluar dari ke zona baru, mencari teman senasib, lalu membuatnya kedalam sebuah produk sebagai media healing. Maka lahirlah sayembara Project “Jibaku Post Power Syndrome Full Time Mom” (JPPSFTM). Sebuah grup support therapy untuk healing adaptasi dari bekerja publik menjadi IRT bersama 9 perempuan dan berproses bersama para ahli.

Hasil/Output:
– Program pendampingan grup
– Buku Antologi Jibaku Post Power Syndrome Full Time Mom
– Workshop fullday JPPSFTM

Tahun 2015-2016:
Jurnal Ibu Pembelajar

Selepas tantangan fase JPPSFTM, saya dihadapkan dengan tantangan baru yaitu kelahiran anak pertama yang membawa saya harus belajar dan membenahi fitrah keibuan saya yang banyak terpendam/terkesimpang.

Tantangan:
Difase ini saya mengalami banyak kekakuan peran sebagai ibu. Sedikit ilmu yang saya siapkan sudah dipegang, namun seolah ada tombol tuas yang belum tertekan. Hal yang saya alami seputar rasa kelelahan mengasuh dikeseharian, kebingungan menjalankan peran, kesulitan terkoneksi dengan buah hati saat bermain. Hingga akhirnya tantangan ini berbuah aksi.

Aksi:
Belajar banyak mengenai fitrah based education yang menuntut saya mendengarkan kata hati nurani sebagai ibu. Lalu dipadukan dengan ilmu yang sebelumnya saya pelajari. Serta saya belajar menguatkan sisi kekuatan saya di aspek “Journaling”. Oleh itu programnya berada dibawah payung “Jurnal Ibu Pembelajar”

Hasil/Output:
– Program pendampingan grup belajar Jurnal Ibu Pembelajar
– Buku Antologi Jurnal Ibu Pembelajar
– Fanspage Jurnal Ibu Pembelajar sbg media komunikasi media sosial berkelanjutan

Tahun 2018-2019
Happy Postpartum Project

Di fase ini sebenarnya Mini Project ini sudah saya lakukan sejak 3 tahun sebelumnya, namun belum bernama dan terstruktur jelas. Hanya untuk aksi pribadi.

Di tantangan fase ini, saya mengalami tantangan adaptasi penyesuaian perubahan selama kehamilan dan pasca persalinan yang membawa perubahan besar kehidupan dari segi kesehatan mental. Yang kebetulan Semakin lebih parah di kehamilan anak kedua.

Aksi:
Menghadapi banyak sekali perubahan besar selama hamil dan melahirkan, membuat saya mengalami Depresi Post partum sampai tahap gejala Psikosis juga. Sehingga, bergabung dengan komunitas maternal, dan berbuat lebih peduli ke sesama ibu membuat saya semakin lebih memahami perubahan kondisi psikis emosional fase fase yang dijalani seorang perempuan.

Hasil/Output:
– Buku Antologi You’re not Alone – Penyintas Depresi Post partum
– Program Happy Post partum yaitu memberikan kepedulian perhatian berupa gift/kado/perhatian berkala untuk ibu yang habis lahiran sampai usia 1 tahun pasca kelahiran.

Tahun 2019-sekarang
Self-care Project

Di fase ini, saya mulai meningkatkan concern amatan. Menyambungkan titik titik perjalanan kehidupan dan meningkatkan kapabilitas diri yang kebetulan Linier dengan latar belakang keilmuan. Sekaligus membaca tanda tanda panggilan misi kehidupan. Apakah benang merah perjalanan hidup saya ? Hingga saya menemukan beberapa titik temu besar dari serangkaian perjalanan hidup saya sejauh ini…
– Berhubungan dengan Ibu Rumah Tangga
–  Peran pemberdayaan perempuan
– Terkait tantangan kesehatan mental bagaimana seorang ibu bisa bahagia dengan peran-peran disetiap fase

dan menjawab tantangan tanya hidup saya sendiri…

Apa upaya preventif s/d kuratif agar setiap ibu bisa memenuhi panggilan peran nya dengan bahagia agar semakin mulia hidupnya, seiring meningkatnya kesejahteraan personal (Wellbeing) seorang ibu rumah Tangga sehingga membuat kehidupan keluarga dan anak-anak nya juga bahagia?

Aksi:
– Mengikuti banyak kelas belajar isu terkait Psychological Wellbeing dan Psikologi Positif terkait perempuan
– Melakukan riset dan formulasi Selfcare Project kedalam tema peningkatan kesejahteraan seorang ibu
– Mengikuti presentasi abstraksi intervensi sosial di Konferensi Nasional Universitas Diponegoro Tahun 2020

Hasil/Output:
– Kelas online webinar Self-care Projects Series sepanjang tahun 2020
– Psikoedukasi via media sosial mengenai pentingnya menjaga kewarasan sebagai bentuk kesehatan mental.

Alhamdulillah 🙂
Begitulah lika liku proses belajar dari ujian kehidupan yang saya lewati. Semuanya membawa pada proses terus belajar, mengamati tanda-tanda perbaikan peningkatan kapasitas diri, seiring berubah lebih baik, sehingga memiliki “sesuatu” yang dirasa bermanfaat dan bisa dibagikan. Khususnya untuk diri dan keluarga (legacy untuk anak perempuan), baru ke teman sesama perempuan.

Saya bersyukur, menjalani mimpi besar saya sebagai ibu rumah tangga yang berdaya semakin terasa lebih mudah dan terarah dalam prosesnya karena ada support sistem lingkungan yang kondusif. Salah satunya yang signifikan, yaitu bergabung dengan Komunitas #IbuProfesional sejak 2014.   Terlibat aktif sebagai member dan belajar berkontribusi sebagai pengurus semakin membantu proses belajar. Begitu pula belajar banyak hal dengan mengenal sosok Bu Septi di beberapa kesempatan, sehingga memudahkan transformasi diri karena beliau bisa menjadi referensi sosok bukti bahwa ibu rumah tangga itu bisa kok bersinar. Saya semakin yakin, bahwa bekerja at least berkarya berkontribusi dengan kemajuan teknologi bisa dilakukan juga #dariRumahuntukDunia sesuai mimpi saya menjadikan rumah sebagai laboratorium inkubator. Dan saya menuliskannya disini untuk #KonferensiIbuPembaharu sebagai pengingat bahwa jalan masih panjang, waktunya berkolaborasi dan semoga Allah mampukan selalu.

Dengan keyakinan penuh diriku atas tujuanku bergerak sejauh ini menjawab tanya hidupku – berupa harapan motivasi untuk diri dan semua ibu bahwa
setiap wanita berhak untuk bahagia, atas dirinya, atas peran-perannya

Jombang, 30 September 2021
02.20 WIB
Masa Nifas Pasca Persalinan anak ketiga

Leave a comment

Start a Blog at WordPress.com.

Up ↑